Gumelar, Agung (2025) POST-POWER SYNDROME PADA MANTAN ANGGOTA LEGISLATIF DI DPRD KOTA BITUNG. Diploma thesis, IAIN MANADO.

Text Dokumen dari Agung Gumelar - Agafa Gumelar.pdf Download (2MB)

Abstract

Post-power syndrome (PPS) merupakan kondisi psikologis yang muncul setelah seseorang kehilangan jabatan strategis atau kekuasaan, ditandai dengan perubahan emosi, penurunan harga diri, dan gangguan fungsi sosial maupun fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor penyebab, dampak, serta tantangan yang dihadapi mantan anggota legislatif di DPRD Kota Bitung setelah masa jabatannya berakhir. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, melibatkan tiga informan utama yang telah menjabat minimal dua periode sebagai anggota DPRD Kota Bitung. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi, kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor utama penyebab PPS pada mantan anggota legislatif meliputi kehilangan status sosial, perubahan identitas diri, dan lemahnya regulasi emosi. Dampak yang muncul meliputi gangguan fisik (mudah lelah, sakit-sakitan), gangguan emosi (sensitif, mudah marah, merasa tidak berguna), dan gangguan perilaku (menarik diri dari lingkungan sosial). Tantangan pasca-jabatan meliputi penyesuaian peran dalam keluarga dan masyarakat, serta ketidakpastian arah karir dan eksistensi sosial. Temuan ini memperkuat pemahaman bahwa kehilangan kekuasaan tidak hanya berdampak secara sosial, namun juga mengancam kesejahteraan psikologis individu. Oleh karena itu, intervensi psikologis dan dukungan sosial sangat dibutuhkan bagi para mantan pejabat politik guna menghadapi transisi pasca- kekuasaan secara sehat dan bermakna. Kata Kunci: Post-power syndrome, Mantan Anggota Legislatif, DPRD Kota Bitung

Actions (login required)

View Item